I.
PENDAHULUAN
Al-qur’an adalah kalamullah yang diturunkan
melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai pedoman bagi
kehidupan manusia (way of life). Al-qur’an mengandung beberapa aspek
yang terkait dengan pandangan hidup yang dapat membawa manusia ke jalan yang
benar dan menuju kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dari beberapa
aspek tersebut, secara global terkandung materi tentang kegiatan
belajar-mengajar atau pendidikan yang tentunya membutuhkan komponen- komponen
pendidikan, diantaranya yaitu pendidik dan peserta didik.
Pendidik dalam proses pendidikan adalah salah
satu faktor yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Selain
pendidik, peserta didik juga mempunyai peran penting dalam proses pendidikan,
tanpa adanya peserta didik, maka pendidik tidak akan bisa menyalurkan
pengetahuan yang dimilikinya sehingga proses pembelajaran tidak akan terjadi
dan menghambat tercapainya tujuan pendidikan antara pendidik dan peserta didik
harus sejalan agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian subjek pendidikan?
B. Bagaimana penjelasan ayat-ayat yang mengenai
subjek pendidikan?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian subyek pendidikan
Subjek
pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam
memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan
dapat dipahami oleh objek pendidikan.
Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah
orang tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun non formal dan
lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan pertama (tarbiyatul awwal) yang
kita pahami selama ini adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai seorang
muslim kita harus menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah dan
yang kedua adalah Rasulullah.[1]
Kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua kategori yaitu:
1. Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua
Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat
adalah pendidik pertama dan utama, karena secara kodrat anak manusia dilahirkan
oleh orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdayam hanya dengan
pertolongan dan layanan orang tua (terutama ibu) bayi (anak manusia) itu dapat
hidup dan berkembang semakin dewasa. Hubungan orang tua dengan anaknya dalam
hubungan edukatif, mengandung dua unsur dasar, yaitu:
a. Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak
b. Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari
pendidik untuk menuntun perkembangan anak
2. Pendidik menurut jabatan, yaitu guru
Guru adalah pendidik kedua setelah orang tua.
Mereka tidak bisa disebut secara wajar dan alamiah menjadi pendidik, karena mereka mendapat tugas dari orang tua,
sebagai pengganti orang tua. Mereka menjadi pendidik karena profesinya menjadi
pendidik, guru di sekolah misalnya.
Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen, guru adalah pendidk profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formanl,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru berfungsi sebagai pendidik di samping
sebagai pengajar. Guru membentuk sikap siswa, bahwa guru menjadi contoh atau
teladan bagi siswa-siswanya. Hal itu tidak mungkin kalau guru hanya bertuigas
mengajar saja.[2]
B. Ayat-ayat tentang subyek pendidikan
1. Tafsir Q.S. Ar-Rahman ayat 1-4
ß`»oH÷q§9$# ÇÊÈ zN¯=tæ tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ Yn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ çmyJ¯=tã tb$ut6ø9$# ÇÍÈ
“Tuhan yang maha pemurah. Dia-lah
yang telah mengajarkan Al-qur’an. Dia telah menjadikan manusia. Dia telah
mengajarnya pandai berbicara”.[3]
Allah SWT telah
memberitahukan tentang karunia dan rahmat-Nya bagi mahkluk-Nya, dimana Dia
telah menurunkan Al-qur’an kepada hamba-hamba-Nya, memberikan kemudahan membaca
dan memahami bagi siapa saja yang Dia beri rahmat.
zb#uäöà)ø9$# zN¯=tæß`»oH÷q§9$# yaitu Tuhan yang maha
pemurah, Dia yang telah mengajarkan Al-qur’an kepada Nabi Muhammad. Ayat ini
bertujuan menolak ucapan penduduk Mekah, yang mengatakan: “Muhammad itu belajar
kepada seorang guru”. Oleh karena itu surat ini diturunkan untuk merinci
nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, maka disebutkan
terlebih dahulu nikmat yang paling tinggi nilainya, paling banyak manfaatnya
dan paling besar faedahnya yaitu nikmat diturunkanya Al-qur’an dan diajarkannya
kepada Nabi Muhammad.[4]
Dalam konteks ayat
ini, kata `»oH÷q§9$# juga dapat
ditambahkan bahwa kaum musyrikin Mekah tidak mengenal siapa Ar-Rahman sebagaimana
pengakuan mereka yang direkam oleh Q.S Al-Furqan 25 :60. Dimulainya surat ini
dengan kata tersebut bertujuan juga mengundang rasa ingin tahu mereka dengan
harapan akan tergugah untuk mengakui nikmat – nikmat dan beriman kepada Nya.[5]
Kata N¯=tæ atau mengajarkan
memerlukan objek. Banyak ulama yang mengatakan bahwa yang dimaksud objek disini
adalah `»|¡SM}$# atau manusia.
Malaikat jibril yang menerima wahyu dari Allah yang berupa Al-qur’an untuk
disampaikan kepada nabi Muhammad Saw, disampaikan oleh beliau kepada nabi,
malaikat jibril tidak akan mungkin mengajarkannya kepada nabi kalau sebelumnya
tidak mendapat pengajaran kepada Allah.
Al- hasan berkata “ kata b$ut6ø9$# berarti berbicara,
karena konteks Al-qur’an berada dalam pengajaran Allah yaitu cara membacanya,
hal ini berlangsung dengan cara memudahkan pengucapan artikulasi serta
memudahkan keluarnya huruf melalui jalanya masing-masing dari tenggorokan,
lidah dan dua bibir sesuai dengan keragaman artikulasi sesuai dengan jenis
hurufnya.[6]
Sedangkan menurut
Thabathaba’i, kata bayan berarti jelas, yang dimaksud disini dalam arti
potensi mengungkap yakni kalam atau ucapan yang dengannya dapat
terungkap apa yang terdapat dalam benak. Menurutnya tidaklah dapat terwujud
kehidupan bermasyarakat manusia, tidak juga mahluk ini dapat mencapai kemajuan
yang mengagumkan dalam kehidupan kecuali dengan kesadaran tentang al-kalam
atau pembicaraan itu sendiri, karena dengan demikian dia telah membuka
pintu untuk memeroleh dan memberi pemahaman, tanpa itu manusia akan sama saja
dengan binatang dalam hal ketidakmampuannya mengubah wajah kehidupan dunia ini.[7]
2. Tafsir Q.S. An-Najm ayat 5-6
3.
¼çmuH©>tã
ßÏx©
3uqà)ø9$#
ÇÎÈ
rè
;o§ÏB
3uqtGó$$sù
ÇÏÈ
5. Yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
6. Yang mempunyai akal yang
cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.
Penafsiran kata:
Ïx© 3uqà)ø9$# : yang amat kuat (Jibril
as)
rè ;o§ÏB : yang mempunyai akal cerdas dan kekuatan yang hebat.
uqtGó$$sù : maka dia menampakkan diri dalam rupa yang asli, sebagaimana
Allah menciptakan dia dengan rupa tersebut, yaitu ketika Nabi berada di Gua
Hiro pada permulaan kenabian.
Penjelasan QS.An-Najm: 5
Kawanmu itu daijari oleh Jibril as. Sedang ia adalah seorang makhluk
yang berkekuatan hebat, baik ilmu maupun perbuatannya. Dia mengetahui dan juga
beramal. Dan tidak diragukan, bahwa pujian kepada guru merupakan pujian pula
bagi muridnya.
Hal ini juga merupakan bantahan terhadap orang-orang musyrik
mengenai perkataan mereka. Bahkan apa yang dikatakan oleh Muhammad. Tak lain
adalah dongeng-dongeng orang dahulu yang
dia dengar ketika melakukan perjalanan ke Syam.
Kesimpulannya bahwa Nabi saw tidak pernah diajari oleh seorang
manusia pun akan tetapi ia diajari oleh Jibril yang berkekuatan hebat. Sedang
manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang dhaif. Ia tidak mendapatkan ilmu
kecuali sedikit saja. Di samping itu, Jibril adalah terpercaya perkataanya.
Sebab, kecerdasan yang kuat merupakan syarat kepercayaan orang terhadap
perkataan orang lain. Begitu pula ia terpercaya hafalan maupun amanatnya.
Artinya dia tidak lupa dan tidak mungkin merubah.
Penjelasan An-Najm: 6
Sifat Jibril yang pertama menggambarkan tentang betapa kuat
pekerjaannya. Sedang kali ini, menggambarkan tentang betapa kuat pikiran dan
betapa nyata pengaruh-pengaruhnya yang mengagungkan. Kesimpulannya bahwa jibril
memilki kekuatan-kekuatan pikiran dan kekuatan-kekuatan tubuh. Sebagaimana
diriwayatkan bahwa ia pernah mencukil negeri kaum Luth
dari laut hitam yang waktu itu berada di dalam tanah. Lalu memanggulnya pada
kedua sayapnya dan diangkatnya negeri itu ke langit kemudian dibalikkan. Pernah
pula ia berteriak terhadap kaum tsamud, sehingga mereka mati semua.
Kalau kita percaya akan hal ini, maka tak lain karena ia termasuk
alam gaib. Dalam hal ini kita cukup percaya dengan keterangan yang terdapat
dalam kitab Allah ta’ala tanpa menembah-nambahi. Dan tentu saja tidak ada
keraguan mengenai keajaiban-keajaiban yang diceritakan Al-Qur’an. Karena apa
saja yang tercantum di sana, yang berkaitan dengan alam ruh, kini telah menjadi
ilmu ruh dan penemuan baru.
Kekuatan-kekuatan jasmani maupun kekuatan-kekuatan akal dari alam
ruh menjadi magnetis, karena dengan cara car demikian maka jiwa bias terlepas
dari tubuh secara keseluruhan atanu sebagian saja, sebab jiwa itu masih merekat
dengan tubuhnya, namun mempunyai
hubungan dengan alam-alam ruh. Lalu
Jibril menampakkan diri dalam rupanya yang asli, sebagaimana Allah menciptakan
dia dalam rupa tersebut, yaitu ketika Rasulullah saw ingin melihatnya
sedemikian rupa. Yakni bahwa Jibril itu menampakkan diri kepada Rasulullah saw.
IV.
Kesimpulan
Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok
yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan
atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
pendidik adalah individu yang mampu
melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Kita dapat
membedakan pendidik itu menjadi dua kategori yaitu:
1. Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua
2. Pendidik menurut jabatan, yaitu guru
Dalam QS. Ar-Rahman ayat 1-4 dan An-Najm ayat 5-6 terdapat hubungan yang
sangat erat dengan pendidikan khususnya tentang subjek pendidikan. Hal ini
ditunjukan dengan pengajaran yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad melalui
malaikat Jibril tentang ke-tauhidan dan sebagainya. Dan Allah menyuruh Nabi
Muhammad untuk menyampaikan kepada umatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy , Teungku Muhammad Hasbi, 2000, Tafsir
Al Qur’anul Majid An Nuur, Semarang: Pustaka Rizki Putra
Departemen Agama RI, 2009,Al-qur’an dan
Terjemahanya, (Jakarta: Bumi Aksara, cet. 1.
Ihsan,Fuad, Dasar-dasar Kependidikan,(Jakarta :
RINEKA CIPTA)
Shihab,M. Quraish, 2002, Tafsir Al-Mishbah,
jilid 13, Jakarta: Lentera Hati, cet. 3
Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman
bin Ishaq Alu, 2008, Lubabut Tafsir min Ibni Katsiir,Terj. M. Abdul
Ghofar dan Abu Ihsan Al-Atsari, Pustaka Imam Syafii, cet. 1.
http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2011/makalah-subyek-pendidikan-tafsir-qs-arrahman.html
diakses 1 Desembeer 2012 pukul 12:31 WIB
[1] http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2011/makalah-subyek-pendidikan-tafsir-qs-arrahman.html diakses 1 Desember 2012 pukul 12.31
[2] Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,(Jakarta
: RINEKA CIPTA), hlm. 8
[3] Departemen Agama RI, Al-qur’an dan
Terjemahanya. (Jakarta: Bumi Aksara,2009),cet. I, h.531
[4] Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir
Al Qur’anul Majid An Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), hlm. 405
[5] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,jilid
13, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 3, hlm. 277
[6] Abdullah bin Muhammad bin
Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubabut Tafsir min Ibni Katsiir,Terj.
M. Abdul Ghofar dan Abu Ihsan Al-Atsari, (Pustaka Imam Syafii,2008), cet. 1.
Hlm. 229-230
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,jilid
13, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. 3, hlm. 278