PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF PEMBUATAN BIOGAS



kunjungi ini...

http://elektror2.blogspot.com/2016/01/pengolahan-limbah.html

http://elektror2.blogspot.com/2016/01/rangkaian-digital-dan-sistem-digital.html

http://elektror2.blogspot.com/2016/01/pengertian-listrik.html

http://elektror2.blogspot.com/2016/01/tabel-kebenaran.html

http://elektror2.blogspot.com/2016/01/gerbang-or.html

http://elektror2.blogspot.com/2016/01/plegmatis.html



A.    JUDUL PENELITIAN
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF PEMBUATAN BIOGAS
B.     ABSTRAK
Peningkatan kapasitas produksi pabrik  tahu membawa dampak peningkatan limbah. Limbah cair tahu adalah salah satu limbah yang belum termanfaatkan bahkan masih dibuang begitu saja sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Akibatnya berbagai kasus pencemaran lingkungan yang membuat dampak buruk bagi kesehatan masyarakat banyak terjadi. Hal ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah tersebut kurang serius, berbagai teknik  pengolahan limbah baik cair maupun padat untuk menyisihkan bahan polutannya yang telah dicoba dan dikembangankan  selama ini belum memberikan hasil yang optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu metode penanganan limbah yang tepat, terarah dan berkelanjutan. Salah satu metode yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara bio-proses, yaitu mengolah limbah organik baik cair maupun organik secara biologis menjadi biogas dan produk alternatif lainnya seperti sumber etanol dan methanol. Dengan metode ini, pengolahan limbah tidak hanya bersifat “penanganan” namun juga memiliki nilai guna atau manfaat. Teknologi pengolahan limbah baik cair maupun padat merupakan kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan.

Kata kunci : limbah cair, bio-proses
.
C.     PENDAHULUAN
Pemanasan global yang diakibatkan kerusakan lingkungan beberapa akhir ini menjadi topik yang hangat dibicarakan. Lapisan ozon yang mulai menipis akibat efek rumah kaca, yang juga menjadikan temperatur di bumi meningkat. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan, yaitu penggunaan energi dari fosil yang tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan solar dan bensin. Pengelolaan limbah industri yang tidak memenuhi standar kesehatan lingkungan juga menjadi salah satu penyebab rusaknya lingkungan. Beberapa industri menggunakan solar atau bensin untuk menggerakkan usahanya, di satu sisi, efek dari penggunaan solar atau bensin dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Untuk mengurangi kerusakan lingkungan akibat penggunaan bahan bakar fosil ini, maka perlu dicarikan energi alternatif yang ramah lingkungan.
Salah satu contoh energi alternatif yang ramah lingkungan adalah penggunaan biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari limbah rumah tangga, kotoran hewan, kotoran manusia, sampah organik dan sebagainya, yang mengalami proses penguraian atau fermentasi oleh mikroorganisme. Di samping itu, adanya kenaikan tarif listrik, kenaikan harga LPG (Liquefied Petroleum Gas), premium, minyak tanah dan bahan bakar lainnya, menjadikan biogas sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan murah. Salah satu limbah yang berpotensi dijadikan sumber biogas yaitu limbah tahu. Hal ini dilakukan karena melihat banyaknya industri-industri tahu di Indonesia yang belum memanfaatkan limbahnya dengan baik dan ramaah lingkungan. Untuk itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam memanfaatkan limbah tahu sebagai bahan alternatif pembuatan biogas dengan judul “Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Sebagai Bahan Baku Alternatif Pembuatan Biogas”
D.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1.         Bagaimana proses pembuatan biogas dari bahan limbah cair tahu?
2.         Apa metode yang digunakan dalam pembuatan biogas dari bahan limbah cair tahu?
3.         Apa saja kelebihan dari biogas?

E.     TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
1.         Untuk mengetahui proses pembuatan biogas dari bahan limbah cair tahu
2.         Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pembuatan biogas dari bahan limbah cair tahu
3.         Untuk mengetahui kelebihan dari biogas

F.      MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini yang dapat diambil adalah
1.        Mengurangi pencemaran limbah tahu
2.        Memanfaatkan nilai guna dari limbah tahu yang selama ini kurang dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat
3.        Memanfaatkan gas bio sebagai sumber energi alternatif serta energi yang ramah lingkungan

G.    PEMBATASAN MASALAH
Agar penelitian ini fokus pada kluster yang dibahas, maka isu penelitian ini akan dibatasi pada pemanfaatan limbah tahu sebagai bahan untuk pembuatan biogas, setelah berhasil dibuat maka biogas tersebut dapat diaplikasikan sebagai salah satu bahan alternatif sumber energi yang ada.

H.    SIGNIFIKASI PENELITIAN
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan akan diperoleh sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan dan juga dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Di sisi lain, dengan ditemukannya metode pembuatan biogas dari limbah tahu ini maka diharapkan semakin menambah khasanah perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

I.       KAJIAN RISET SEBELUMNYA
Kajian riset sebelumnya tentang pembuatan biodigester dengan uji coba kotoran sapi sebagai bahan baku.
Penulis
(tahun)
Tujuan
Tehnik pengumpulan data
Kesimpulan
§  Herlina Dewi Mayasari
§  Iir Muchlis Riftanto
§  Lely Nur ’Aini
§  Muhammad Rizky Ariyanto
             (2010)

1. Mempelajari proses pembuatan biogas dari kotoran sapi dan membuat biodigester.
2. Menggunakan biogas yang dihasilkan sebagai bahan bakar alternatif.
3. Mengukur kadar metana yang terkandung dalam biogas.

Eksperimen
1. Pembuatan biodigester dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dengan memanfaatkan alat yang mudah didapat dan biaya yang relatif murah dengan menggunakan drum pengumpul bertipe floating drum.
2. Biogas yang dihasilkan sebesar 16 liter/hari, dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG. Namun belum mencukupi kebutuhan memasak untuk satu kepala keluarga, kebutuhan biogas rata-rata 646 liter/hari dengan lama penggunaan biogas selama 1,5 jam.
3. Analisis biogas dengan menggunakan Gas Chromatograph menunjukkan kadar metana sebesar 47 % mol.



J.       KERANGKA KONSEPTUAL
Limbah Cair Tahu
Tahu merupakan makanan tradisional yang banyak digemari oleh masyarakat luas di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh tahu yang memiliki manfaat  yang besar dengan harga yang sangat terjangkau. Dalam memenuhi banyaknya permintaan kebutuhan tahu di masyarakat, maka di berbagai daerah banyak sekali ditemukan perusahaan tahu baik berskala kecil maupun berskala besar. Dalam proses pembuatan tahu, perusahaan menghasilkan limbah padat, cair, maupun gas. Pada umumnya limbah padat sudah banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai pakan ternak karena dalam ampas tahu terdapat kandungan gizi, yaitu, protein (23,35%), lemak (5,54%), karbohidrat (26,92%), abu (17,03%), serat kasar (16,53%), dan air (10,53%) (Bapedal, 1994).
Sedangkan sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu yaitu cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Limbah cairan ini dibuang langsung ke lingkungan karena para pengusaha belum mengetahui metode yang tepat dalam pengolahan limbah cair. Padahal limbah cair dapat merusak lingkungan, pasalnya limbah cair hasil produksi tahu mengandung chemical oxygen demand (COD), biological oxygen demand (BOD), dan tingkat keasaman (pH) yang tinggi. Tingkat COD ialah kebutuhan oksigen kimiawi di perairan untuk bereaksi dengan limbah. Adapun BOD merupakan kebutuhan oksigen mikroorganisme untuk memecah bahan buangan di perairan. Air buangan industri tahu rata-rata mengandung, BOD. COD, TSS dan minyak/lemak berturut-turut sebesar 4583, 7050, 4743 dan 2 mg/L. Sementara EMDI (Enviromental Management Development in Indonesia) (Bapedal, 1994) melaporkan kandungan rata-rata BOD, COD, dan TSS berturut-turut sebesar 3250, 6520, dan 1500 mg/L. Apabila dilihat dari baku mutu limbah cair industri produk makanan dari kedelai menurut KepMenLH No. Kep-51?MENLH/10/1995 tentang  Baku Mutu Limbah  Cair bagi Kegiatan Industri, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk BOD,COD, dan TSS berturut-turut adalah 50,100, dan 200 mg/L, sehingga jelas bahwa limbah cair industri tahu telah melebihi baku mutu yang telah diisyaratkan.
Limbah cair tahu sendiri memiliki kandungan senyawa organik tinggi yang memiliki potensi untuk menghasilkan biogas jika dikelola dengan baik melalui proses an-aerobik. Dengan pemanfaatan biogas tersebut oleh perusahaan, maka biogas dapat menggantikan sumber energi bagi proses pembuatan tahu perusahaan tersebut.
            Biogas
            Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun sisa makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas sebenarnya adalah gas metana (CH4). Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses pembusukkan bahan organik oleh bakteri pada kondisi anaerob. Biogas merupakan campuran dari berbagai macam gas, diantaranya: CH4 (54-70%), CO2(27-45%), CO (1%) dan sisanya H2S, Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana, maka semakin besar kandungan energi pada biogas. Sebaliknya, semakin kecil kandungan metana, semakin kecil nilai energinya. Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar.
Gas metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan gas karbon dioksida (CO2) memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian permasalahan global. Biogas memiliki kandungan energi tinggi yang tidak kalah dari kandungan energi dari bahan bakar fosil. Nilai kalori dari 1m3 biogas setara dengan 0,6-0,8 liter minyak tanah. Oleh karena itu biogas sangat cocok menggantikan minyak tanah, LPG, dan bahan bakar fosil lainnya.
Dalam hal pembuatan biogas maka udara sama sekali tidak diperlukan dalam bejana pembuat. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat biogas harus dalam keadaan tertutup rapat.
            Digester
Digester merupakan wadah atau tempat berlangsungnya proses fermentasi limbah organik dengan bantuan mikroorganisme hingga menghasilkan biogas. Digester merupakan sebuah reaktor yang dirancang sedemikian rupa sehingga kondisi didalamnya menjadi anaerobik, sehingga bisa memungkinkan proses dekomposisi anaerobik bisa terjadi. Kotoran harus ditampung dalam digester selama proses dekomposisi berlangsung atau dengan kata lain sampai kotoran tersebut menghasilkan biogas. Proses dekomposisi oleh bakteri anaerobik sangat dipengaruhi oleh ternperatur(Proses anaerob biasanya berlangsung pada temperatur 30 – 38oC).
          Ada beberapa tipe digester, yaitu:
1.         Tipe fixed dome, terdiri dari digester yang memliki penampung gas dibagian atas digester. Ketika gas mulai timbul, gas tersebut menekan lumpur sisa fermentasi (slurry) ke bak slurry. Jika pasokan kotoran ternak terus menerus, gas yang timbul akan terus menekan slurry hingga meluap keluar dari bak slurry. Gas yang timbul digunakan/dikeluarkan lewat pipa gas yang diberi katup/kran. Keunggulan dari digester tipe ini adalah awet (berumur panjang), dibuat di dalam tanah sehingga terlindung dari berbagai cuaca atau gangguan lain dan tidak membutuhkan ruangan(diatas tanah). Dan kelemahan ialah rawan terjadi kertakan di bagian penampung gas,         tekanan gas tidak stabil karena tidak ada katup gas.
2.         Tipe floating dome, terdiri dari satu digester dan penampung gas yang bisa bergerak.            Penampung gas ini akan bergerak keatas ketika gas bertambah dan turun lagi ketika            gas berkurang, seiring dengan penggunaan dan produksi gasnya. Kelebihan dari          digester ini ialah konstruksi alat sederhana dan mudah dioperasikan. Tekanan gas konstan karena penampung gas yang bergerak mengikuti jumlah gas. Jumlah gas bisa    dengan mudah diketahui dengan melihat naik turunya drum. Tetapi kelemahannya ialah digester rawan korosi sehingga waktu pakai menjadi pendek.
3.         Tipe baloon plant, Konstruksi sederhana, terbuat dari plastik yang pada ujung-ujungnya dipasang pipa masuk untuk kotoran ternak dan pipa keluar peluapan slurry. Sedangkan pada bagian atas dipasang pipa keluar gas. Kelebihan dari digester ini ialah biaya pembuatan murah, mudah dibersihkan, mudah dipindahkan. Tetapi kelemahannya ialah waktu pakai relatif singkat dan mudah mengalami kerusakan. Jadi jika akan memilih tipe digester yang digunakan, hal pertama yang harus diperhatikan dalam membangun digester adalah jumlah bahan yang tersedia dan waktu proses untuk mencerna bahan.
Fermentasi
                        Adapun bakteri yang terlibat dalam proses anaerobik ini yaitu bakteri hidrolitik yang memecah bahan organik menjadi gula dan asam amino, bakteri fermentatif yang mengubah gula dan asam amino tadi menjadi asam organik, bakteri asidogenik mengubah asam organik menjadi hidrogen, karbondioksida dan asam asetat dan bakteri metanogenik yang menghasilkan metan dari asam asetat, hidrogen dan karbondioksida. Optimisasi proses biogas akhir-akhir ini difokuskan pada proses pengontrolan agar mikroorganisme yang terlibat dalam keadaan seimbang, mempercepat proses dengan peningkatan desain digester dan pengoperasian fermentasi pada temperatur yang lebih tinggi dan peningkatan biogas yang dihasilkan dari bahan dasar biomasa lignoselulosa melalui perlakuan awal .
                        Di dalam digester biogas, terdapat dua jenis bakteri yang sangat berperan, yakni bakteri asidogenik dan bakteri metanogenik. Kedua jenis bakteri ini perlu eksis dalam jumlah yang berimbang. Bakteri-bakteri ini memanfaatkan bahan organik dan memproduksi metan dan gas lainnya dalam siklus hidupnya pada kondisi anaerob. Mereka memerlukan            kondisi tertentu dan sensitif terhadap lingkungan mikro dalam digester seperti temperatur, keasaman dan jumlah material organik yang akan dicerna. Terdapat beberapa spesies metanogenik dengan berbagai karateristik. Baktcri ini mempunyai beberapa sifat fisiologi yang umum, tetapi mempunyai morfologi yang beragam seperti Methanomicrobium, Methanosarcina, Metanococcus. Methanothrix              Bakteri metanogenik tidak aktif pada temperatur sangat tinggi atau rendah. Temperatur optimumnya yaitu sekitar 35°C. Jika temperatur turun menjadi 10°C, produksi gas akan terhenti. Produksi gas yang memuaskan berada         pada daerah mesofilik yaitu antara 25 - 30°C. Biogas yang dihasilkan pada kondisi di luar temperatur tersebut mempunyai kandungan karbondioksida yang lebih tinggi. Pemilihan temperatur yang digunakan juga dipengaruhi oleh pertimbangan iklim.   Untuk kestabilan proses, dipilih kisaran temperatur yang tidak terlalu lebar. Pada        cuaca yang hangat, digester dapat dioperasikan tanpa memerlukan pemanasan. Instalasi digester di bawah tanah berfungsi sebagai proses insulasi sehingga akan             memperkecil biaya pemanasan .
            Manfaat digunakannya biogas
Biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan dan perusakan tanah. Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil sehingga akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya duatmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara dan dapat mengurangi temperatur.

K.    METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan di tempat sekitar industri tahu dan juga di laboratorium prodi kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Penelitian ini mempunyai tujuan akhir pemanfaatan limbah cair tahu sebagai bahan baku alternatif pembuatan biogas. Sehingga didapatkan biogas yang murah dan ramah lingkungan.
Tahapan Pelaksanaan
a.      Tahap Awal
                                                                             i.    Pembelian peralatan
                                                                           ii.    Pembelian bahan
b.      Tahap Pelaksanaan
Alat dan bahan
o   Alat:
Ø  Bak pengisi
Ø  Bak digester
Ø  Tabung pengontrol gas
Ø  Bak penampung gas
Ø  Pipa penyalur gas
Ø  Bak output digester
o   Bahan:
Ø  Limbah cair tahu
Ø  Kelat besi
Ø  Larutan NaOH

Cara kerja :
1.      Pengambilan sampel
      Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil langsung dari limbah industri pengolahan tahu. Kita hanya membutuhkan limbah cairnya saja, bukan limbah padatnya.

2.      Proses pembuatan sampel menjadi biogas di dalam digester
      Konstruksi reaktor biogas secara umum terdiri dari bagian pencampur, bagian utama reaktor dan bagian pembuangan hasil fermentasi. Fungsi dari masing – masing komponen adalah sebagai berikut :
a.    Saluran masuk slurry ( air limbah/ kotoran segar )
Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry ke dalam reaktor utama.    Pencampuran ini berfungsi untuk memaksimalkan potensi biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari terbentuknya endapan pada saluran masuk.
b.    Saluran keluar residu
Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang keluar pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu retensi tertentu ( 20 – 30 hari ).
c.    Katup pengaman tekanan ( control valve)
Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan gas dalam reaktor biogas. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. Bila tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan keluar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam reaktor biogas akan turun.
d.   Sistem Pengaduk
Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pengadukan mekanis, sirkulasi substrat reaktor biogas, atau sirkulasi produksi biogas ke atas reaktor biogas menggunakan pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi pengendapan dan meningkatkan produktifitas reaktor biogas karena kondisi subsrat yang seragam.
e.    Saluran Gas
Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer atau plastik seperti pipa paralon untuk menghindari korosi. Ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja anti karat untuk bagian pembakaran gas.
f.     Tangki Penyimpanan Gas
Terdapat dua jenis tangki penyimpanan gas, yaitu sumur pencerna bersatu dengan tangki pengumpul gas (floating dome) dan terpisah dengan pengumpul gas (fixed dome). Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam tangki seragam, serta dilengkapi H2S removal untuk mencegah korosi.

3.      Proses fermentasi an-aerobik
                             Pada digester terjadi proses fermentasi an-aerob. Proses fermentasi anaerobik untuk menghasilkan biogas berlangsung selama 8-10 hari. Dan dalam proses fermentasi an-aerobik ini terjadi dalam 3 tahap secara berantai, yaitu:
a.       Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk polimer menjadi bentuk monomer.
b.      Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana ini yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan ammonia.
c.       Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen
sulfida .

4.      Pemurnian biogas
     Teknologi pemisahan yang digunakan untuk pemurnian biogas tergantung kepada komposisi biogas dan tujuan penggunaannya (Monnet, F., 2003). Tujuan penggunaan biogas biasanya mensyaratkan standar komposisi tertentu sehingga diperlukan pemurnian bahan baku agar memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Sebagai contoh, agar memiliki nilai kalor tinggi dapat dilakukan dengan memisahkan kandungan gas karbon dioksida dan hidrogen sulfidanya.
§  Penambahan NaOH secara kontinu ke dalam reaktor.
     Penambahan larutan NaOH secara terus menerus ke dalam reaktor dimaksud untuk mengurangi kadar CO2, NaOH mengabsorb CO2 sehingga perbandingan CO2 dan NH4 dalam biogas menjadi lebih tinggi NH4.
§  Absorbsi H2S
     Sebagaimana diketahui bahwa H2S merupakan salah satu polutan dalam gas H2S. Usaha mengurangi kandungan H2S sama artinya dengan meningkatkan kemurnian biogas. Absorsi H2S dilakukan dengan proses kimia yaitu dengan mengabsorbsi H2S menggunakan kelat besi. Cara ini dianggap efisien mereduksi H2S dari biogas karena kemampuan yang tinggi dari kelat besi dalam mengabsorbsi H2S sehingga pemakaian bahan kimia tidak banyak. Sifat kelat besi yang pseudo katalis menyebabkan kelat besi dapat dipakai berulang – ulang sehingga menghemat biaya pemurnian H2S.

DAFTAR PUSTAKA
EMDI dan BAPEDAL. 1994. Limbah Cair Berbagai Industri Di Indonesia: Sumber,        pengendalian dan baku Mutu. Project of the Ministry for the Environment,      Republic of Indonesia and Dalhousie University, Canada.
            Hariyadi Sigid. 2004. BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku                     Mutu Air Limbah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
http://id.wikipedia.org/wiki/, diakses pada tanggal 02 Juli 2012 Pukul 13.01 WIB.
            http://www.dikti.org/?q=node/99, diakses pada tanggal 06 Juni 2012 Pukul 09.55WIB.
            http://ardyprasetyo.wordpress.com, diakses pada tanggal 29 Juni 2012 Pukul 10.00 WIB.
            http://www.kulonprogokab.go.id, diakses pada tanggal 06 Juli 2012 Pukul 16.36 WIB.
            http://ariffadholi.blogspot.com, diakses pada tanggal 29 Juni 2012 Pukul 09.45 WIB.