kunjungi ini...
http://elektror2.blogspot.com/2016/01/pengolahan-limbah.html http://elektror2.blogspot.com/2016/01/rangkaian-digital-dan-sistem-digital.html http://elektror2.blogspot.com/2016/01/pengertian-listrik.html http://elektror2.blogspot.com/2016/01/tabel-kebenaran.html http://elektror2.blogspot.com/2016/01/gerbang-or.html http://elektror2.blogspot.com/2016/01/plegmatis.html |
A.
JUDUL PENELITIAN
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU SEBAGAI
BAHAN BAKU ALTERNATIF PEMBUATAN BIOGAS
B. ABSTRAK
Peningkatan kapasitas produksi pabrik tahu membawa dampak
peningkatan limbah. Limbah cair tahu adalah salah satu limbah yang belum
termanfaatkan bahkan masih dibuang begitu saja sehingga menimbulkan pencemaran
lingkungan. Akibatnya berbagai kasus
pencemaran lingkungan yang membuat dampak buruk bagi kesehatan
masyarakat banyak terjadi. Hal ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah
tersebut kurang serius, berbagai teknik pengolahan limbah baik cair
maupun padat untuk menyisihkan bahan polutannya yang telah dicoba dan dikembangankan selama ini belum memberikan
hasil yang optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu
metode penanganan limbah yang tepat, terarah dan berkelanjutan. Salah satu metode yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara bio-proses, yaitu mengolah limbah organik baik cair maupun organik secara
biologis menjadi biogas dan produk alternatif lainnya seperti sumber etanol dan
methanol. Dengan metode ini, pengolahan limbah tidak hanya bersifat
“penanganan” namun juga memiliki nilai guna atau manfaat. Teknologi pengolahan limbah baik cair maupun padat
merupakan kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan.
Kata kunci : limbah cair, bio-proses
.
C.
PENDAHULUAN
Pemanasan
global yang diakibatkan kerusakan lingkungan beberapa akhir
ini menjadi topik yang hangat dibicarakan. Lapisan ozon yang mulai menipis
akibat efek rumah kaca, yang juga menjadikan temperatur di bumi meningkat. Salah
satu penyebab kerusakan lingkungan, yaitu penggunaan energi dari
fosil yang tidak ramah lingkungan, seperti
penggunaan solar dan bensin. Pengelolaan limbah industri yang tidak memenuhi
standar kesehatan lingkungan juga menjadi salah satu penyebab
rusaknya lingkungan. Beberapa industri menggunakan solar atau
bensin untuk menggerakkan usahanya, di satu sisi, efek dari penggunaan
solar atau bensin dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Untuk
mengurangi kerusakan lingkungan akibat
penggunaan bahan bakar fosil ini, maka perlu
dicarikan energi alternatif yang ramah
lingkungan.
Salah satu contoh energi alternatif yang
ramah lingkungan adalah penggunaan biogas. Biogas adalah gas yang
dihasilkan dari limbah rumah tangga, kotoran hewan, kotoran manusia, sampah
organik dan sebagainya, yang mengalami proses penguraian atau fermentasi oleh
mikroorganisme. Di samping itu, adanya kenaikan tarif
listrik, kenaikan harga LPG (Liquefied Petroleum Gas), premium, minyak tanah dan bahan bakar
lainnya, menjadikan biogas sebagai sumber energi yang ramah
lingkungan dan murah. Salah satu limbah yang berpotensi dijadikan sumber biogas yaitu limbah tahu. Hal
ini dilakukan karena melihat banyaknya industri-industri tahu di Indonesia yang
belum memanfaatkan limbahnya dengan baik dan ramaah lingkungan. Untuk itu perlu
diadakan penelitian lebih lanjut dalam memanfaatkan limbah tahu sebagai bahan alternatif
pembuatan biogas dengan judul “Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Sebagai Bahan Baku
Alternatif Pembuatan Biogas”
D.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses pembuatan biogas dari bahan limbah cair
tahu?
2.
Apa metode yang digunakan dalam pembuatan biogas dari
bahan limbah cair tahu?
3.
Apa saja kelebihan dari biogas?
E.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
1.
Untuk mengetahui proses pembuatan biogas dari bahan
limbah cair tahu
2.
Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pembuatan
biogas dari bahan limbah cair tahu
3.
Untuk mengetahui kelebihan dari biogas
F.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini yang dapat diambil
adalah
1.
Mengurangi pencemaran limbah tahu
2.
Memanfaatkan nilai guna dari limbah tahu yang selama ini
kurang dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat
3.
Memanfaatkan gas bio sebagai sumber energi alternatif
serta energi yang ramah lingkungan
G.
PEMBATASAN MASALAH
Agar penelitian ini fokus pada kluster yang
dibahas, maka isu penelitian ini akan dibatasi pada pemanfaatan limbah tahu
sebagai bahan untuk pembuatan biogas, setelah berhasil dibuat maka biogas
tersebut dapat diaplikasikan sebagai salah satu bahan alternatif sumber energi
yang ada.
H.
SIGNIFIKASI PENELITIAN
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan akan diperoleh sumber energi alternatif yang murah dan ramah
lingkungan dan juga dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Di sisi
lain, dengan ditemukannya metode pembuatan biogas dari limbah tahu ini maka diharapkan
semakin menambah khasanah perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
I.
KAJIAN RISET SEBELUMNYA
Kajian riset sebelumnya tentang pembuatan
biodigester dengan uji coba kotoran sapi sebagai bahan baku.
Penulis
(tahun)
|
Tujuan
|
Tehnik pengumpulan data
|
Kesimpulan
|
§ Herlina Dewi Mayasari
§ Iir Muchlis Riftanto
§ Lely Nur ’Aini
§ Muhammad Rizky Ariyanto
(2010)
|
1. Mempelajari proses pembuatan biogas dari kotoran sapi dan
membuat biodigester.
2. Menggunakan
biogas yang dihasilkan sebagai bahan bakar alternatif.
3. Mengukur kadar metana yang
terkandung dalam biogas.
|
Eksperimen
|
1. Pembuatan biodigester dapat dilakukan dengan cara
yang sederhana dengan memanfaatkan alat yang mudah didapat dan biaya yang
relatif murah dengan menggunakan drum pengumpul bertipe floating drum.
2. Biogas yang
dihasilkan sebesar 16 liter/hari, dapat digunakan sebagai bahan
bakar alternatif pengganti LPG. Namun belum mencukupi kebutuhan memasak untuk
satu kepala keluarga, kebutuhan biogas rata-rata 646 liter/hari dengan lama penggunaan biogas
selama 1,5 jam.
3. Analisis biogas dengan
menggunakan Gas Chromatograph menunjukkan kadar metana sebesar 47 %
mol.
|
J.
KERANGKA KONSEPTUAL
Limbah Cair Tahu
Tahu merupakan makanan tradisional yang banyak
digemari oleh masyarakat luas di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh tahu
yang memiliki manfaat yang besar dengan
harga yang sangat terjangkau. Dalam memenuhi banyaknya permintaan kebutuhan
tahu di masyarakat, maka di berbagai daerah banyak sekali ditemukan perusahaan
tahu baik berskala kecil maupun berskala besar. Dalam proses pembuatan tahu,
perusahaan menghasilkan limbah padat, cair, maupun gas. Pada umumnya limbah
padat sudah banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai pakan ternak karena dalam
ampas tahu terdapat kandungan gizi, yaitu, protein (23,35%), lemak (5,54%),
karbohidrat (26,92%), abu (17,03%), serat kasar (16,53%), dan air (10,53%)
(Bapedal, 1994).
Sedangkan sebagian besar limbah cair yang
dihasilkan oleh industri pembuatan tahu yaitu cairan kental yang terpisah dari
gumpalan tahu yang disebut air dadih. Limbah cairan ini dibuang langsung ke
lingkungan karena para pengusaha belum mengetahui metode yang tepat dalam
pengolahan limbah cair. Padahal limbah cair dapat merusak lingkungan, pasalnya
limbah cair hasil produksi tahu mengandung chemical oxygen demand (COD),
biological oxygen demand (BOD), dan tingkat keasaman (pH) yang tinggi. Tingkat
COD ialah kebutuhan oksigen kimiawi di perairan untuk bereaksi dengan limbah.
Adapun BOD merupakan kebutuhan oksigen mikroorganisme untuk memecah bahan
buangan di perairan. Air buangan industri tahu rata-rata mengandung, BOD. COD,
TSS dan minyak/lemak berturut-turut sebesar 4583, 7050, 4743 dan 2 mg/L.
Sementara EMDI (Enviromental Management Development in Indonesia) (Bapedal,
1994) melaporkan kandungan rata-rata BOD, COD, dan TSS berturut-turut sebesar
3250, 6520, dan 1500 mg/L. Apabila dilihat dari baku mutu limbah cair industri
produk makanan dari kedelai menurut KepMenLH No. Kep-51?MENLH/10/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri, kadar maksimum
yang diperbolehkan untuk BOD,COD, dan TSS berturut-turut adalah 50,100, dan 200
mg/L, sehingga jelas bahwa limbah cair industri tahu telah melebihi baku mutu
yang telah diisyaratkan.
Limbah cair tahu sendiri memiliki kandungan
senyawa organik tinggi yang memiliki potensi untuk menghasilkan biogas jika
dikelola dengan baik melalui proses an-aerobik. Dengan pemanfaatan biogas
tersebut oleh perusahaan, maka biogas dapat menggantikan sumber energi bagi
proses pembuatan tahu perusahaan tersebut.
Biogas
Biasanya biogas dibuat dari limbah
peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun sisa makanan ternak, namun pada
prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas sebenarnya adalah
gas metana (CH4). Biogas merupakan gas
yang dihasilkan dari proses pembusukkan bahan organik oleh bakteri pada kondisi
anaerob. Biogas merupakan campuran dari berbagai macam gas,
diantaranya: CH4 (54-70%), CO2(27-45%), CO (1%) dan
sisanya H2S, Energi yang terkandung
dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana, maka semakin besar kandungan energi pada biogas. Sebaliknya, semakin kecil kandungan metana, semakin kecil nilai energinya. Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah
terbakar.
Gas metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama
dengan gas karbon dioksida (CO2) memberikan efek rumah kaca yang
menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas metan secara
lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian permasalahan global. Biogas
memiliki kandungan energi tinggi yang tidak kalah dari kandungan energi dari
bahan bakar fosil. Nilai kalori dari 1m3 biogas setara dengan
0,6-0,8 liter minyak tanah. Oleh karena itu biogas sangat cocok menggantikan
minyak tanah, LPG, dan bahan bakar fosil lainnya.
Dalam hal pembuatan biogas maka udara sama sekali tidak diperlukan
dalam bejana pembuat. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan
terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat biogas harus dalam keadaan tertutup
rapat.
Digester
Digester merupakan wadah atau tempat berlangsungnya proses
fermentasi limbah organik dengan bantuan mikroorganisme hingga menghasilkan
biogas. Digester merupakan sebuah reaktor yang dirancang sedemikian rupa
sehingga kondisi didalamnya menjadi anaerobik, sehingga bisa memungkinkan
proses dekomposisi anaerobik bisa terjadi. Kotoran harus ditampung dalam
digester selama proses dekomposisi berlangsung atau dengan kata lain sampai
kotoran tersebut menghasilkan biogas. Proses dekomposisi oleh bakteri anaerobik
sangat dipengaruhi oleh ternperatur(Proses anaerob biasanya
berlangsung pada temperatur 30 – 38oC).
Ada
beberapa tipe digester, yaitu:
1.
Tipe fixed dome, terdiri dari digester yang memliki penampung gas
dibagian atas digester. Ketika gas mulai timbul, gas tersebut menekan lumpur
sisa fermentasi (slurry) ke bak slurry. Jika pasokan kotoran ternak terus
menerus, gas yang timbul akan terus menekan slurry hingga meluap keluar dari
bak slurry. Gas yang timbul digunakan/dikeluarkan lewat pipa gas yang diberi
katup/kran. Keunggulan dari digester tipe ini adalah awet (berumur panjang),
dibuat di dalam tanah sehingga terlindung dari berbagai cuaca atau gangguan lain
dan tidak membutuhkan ruangan(diatas tanah). Dan kelemahan ialah rawan terjadi
kertakan di bagian penampung gas, tekanan
gas tidak stabil karena tidak ada katup gas.
2.
Tipe floating dome,
terdiri dari satu digester dan penampung gas yang bisa bergerak. Penampung gas ini akan bergerak
keatas ketika gas bertambah dan turun lagi ketika gas berkurang, seiring dengan penggunaan dan produksi
gasnya. Kelebihan dari digester
ini ialah konstruksi alat sederhana dan mudah dioperasikan. Tekanan gas konstan
karena penampung gas yang bergerak mengikuti jumlah gas. Jumlah gas bisa dengan mudah diketahui dengan melihat naik
turunya drum. Tetapi kelemahannya ialah digester rawan korosi sehingga waktu
pakai menjadi pendek.
3.
Tipe baloon plant,
Konstruksi sederhana, terbuat dari plastik yang pada ujung-ujungnya dipasang
pipa masuk untuk kotoran ternak dan pipa keluar peluapan slurry. Sedangkan pada
bagian atas dipasang pipa keluar gas. Kelebihan dari digester ini ialah biaya
pembuatan murah, mudah dibersihkan, mudah dipindahkan. Tetapi kelemahannya
ialah waktu pakai relatif singkat dan mudah mengalami kerusakan. Jadi jika akan memilih tipe digester yang digunakan, hal pertama yang harus diperhatikan dalam membangun
digester adalah jumlah bahan yang tersedia dan waktu proses untuk mencerna
bahan.
Fermentasi
Adapun bakteri yang
terlibat dalam proses anaerobik ini yaitu bakteri hidrolitik yang memecah bahan
organik menjadi gula dan asam amino, bakteri fermentatif yang mengubah gula dan
asam amino tadi menjadi asam organik, bakteri asidogenik mengubah asam organik
menjadi hidrogen, karbondioksida dan asam asetat dan bakteri metanogenik yang
menghasilkan metan dari asam asetat, hidrogen dan karbondioksida. Optimisasi
proses biogas akhir-akhir ini difokuskan pada proses pengontrolan agar
mikroorganisme yang terlibat dalam keadaan seimbang, mempercepat proses dengan peningkatan
desain digester dan pengoperasian fermentasi pada temperatur yang lebih tinggi
dan peningkatan biogas yang dihasilkan dari bahan dasar biomasa lignoselulosa
melalui perlakuan awal .
Di dalam digester
biogas, terdapat dua jenis bakteri yang sangat berperan, yakni bakteri
asidogenik dan bakteri metanogenik. Kedua jenis bakteri ini perlu eksis dalam
jumlah yang berimbang. Bakteri-bakteri ini memanfaatkan bahan organik dan
memproduksi metan dan gas lainnya dalam siklus hidupnya pada kondisi anaerob.
Mereka memerlukan kondisi
tertentu dan sensitif terhadap lingkungan mikro dalam digester seperti
temperatur, keasaman dan jumlah material organik yang akan dicerna. Terdapat
beberapa spesies metanogenik dengan berbagai karateristik. Baktcri ini mempunyai
beberapa sifat fisiologi yang umum, tetapi mempunyai morfologi yang beragam
seperti Methanomicrobium, Methanosarcina, Metanococcus. Methanothrix Bakteri metanogenik tidak aktif
pada temperatur sangat tinggi atau rendah. Temperatur optimumnya yaitu sekitar 35°C.
Jika temperatur turun menjadi 10°C, produksi
gas akan terhenti. Produksi gas yang memuaskan berada pada daerah mesofilik yaitu antara 25 - 30°C. Biogas yang
dihasilkan pada kondisi di luar temperatur tersebut mempunyai kandungan karbondioksida
yang lebih tinggi. Pemilihan temperatur yang
digunakan juga dipengaruhi oleh pertimbangan iklim. Untuk kestabilan proses, dipilih kisaran temperatur yang tidak
terlalu lebar. Pada cuaca yang hangat,
digester dapat dioperasikan tanpa memerlukan pemanasan. Instalasi digester di bawah tanah berfungsi sebagai proses insulasi
sehingga akan memperkecil biaya
pemanasan .
Manfaat digunakannya biogas
Biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih
memiliki manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan
karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan dan perusakan tanah.
Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil
sehingga akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya. Metana
merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya duatmosfer akan
meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka
akan mengurangi gas metana di udara dan dapat mengurangi temperatur.
K.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
yang dilakukan di tempat sekitar industri tahu dan juga di laboratorium prodi
kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Penelitian ini mempunyai
tujuan akhir pemanfaatan
limbah cair tahu sebagai bahan baku alternatif pembuatan biogas. Sehingga
didapatkan biogas yang murah dan ramah lingkungan.
Tahapan Pelaksanaan
a.
Tahap Awal
i. Pembelian peralatan
ii. Pembelian bahan
b.
Tahap Pelaksanaan
Alat dan bahan
o
Alat:
Ø
Bak pengisi
Ø
Bak digester
Ø
Tabung pengontrol gas
Ø
Bak penampung gas
Ø
Pipa penyalur gas
Ø
Bak output digester
o
Bahan:
Ø Limbah cair tahu
Ø Kelat besi
Ø Larutan NaOH
Cara kerja :
1.
Pengambilan sampel
Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara mengambil langsung dari limbah industri pengolahan
tahu. Kita hanya membutuhkan limbah cairnya saja, bukan limbah padatnya.
2.
Proses pembuatan sampel menjadi biogas di dalam digester
Konstruksi reaktor
biogas secara umum terdiri dari bagian pencampur, bagian utama reaktor dan
bagian pembuangan hasil fermentasi. Fungsi dari masing – masing komponen adalah
sebagai berikut :
a. Saluran masuk slurry ( air limbah/ kotoran segar )
Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry ke dalam reaktor utama. Pencampuran ini berfungsi untuk
memaksimalkan potensi biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari
terbentuknya endapan pada saluran masuk.
b. Saluran keluar residu
Saluran ini digunakan
untuk mengeluarkan kotoran yang telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini
bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang
keluar pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu
retensi tertentu ( 20 – 30 hari ).
c. Katup pengaman tekanan ( control valve)
Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan gas dalam reaktor
biogas. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. Bila tekanan gas dalam
saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan keluar melalui pipa T,
sehingga tekanan dalam reaktor biogas akan turun.
d. Sistem Pengaduk
Pengadukan dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu pengadukan mekanis, sirkulasi substrat reaktor
biogas, atau sirkulasi produksi biogas ke atas reaktor biogas menggunakan
pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi pengendapan dan meningkatkan
produktifitas reaktor biogas karena kondisi subsrat yang seragam.
e. Saluran Gas
Saluran gas ini
disarankan terbuat dari bahan polimer atau plastik seperti pipa paralon untuk
menghindari korosi. Ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja anti
karat untuk bagian pembakaran gas.
f. Tangki Penyimpanan Gas
Terdapat dua jenis
tangki penyimpanan gas, yaitu sumur pencerna bersatu dengan tangki pengumpul
gas (floating dome) dan terpisah dengan pengumpul gas (fixed dome).
Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor dan
tekanan yang terdapat dalam tangki seragam, serta dilengkapi H2S removal
untuk mencegah korosi.
3. Proses fermentasi an-aerobik
Pada
digester terjadi proses fermentasi an-aerob. Proses fermentasi anaerobik untuk
menghasilkan biogas berlangsung selama 8-10 hari. Dan dalam proses fermentasi
an-aerobik ini terjadi dalam 3 tahap secara berantai, yaitu:
a.
Hidrolisis,
pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan
bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk polimer
menjadi bentuk monomer.
b.
Pengasaman,
pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada
tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk
akhir dari perombakan gula-gula sederhana ini yaitu asam asetat, propionat,
format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan
ammonia.
c.
Metanogenik,
pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri pereduksi sulfat
juga terdapat dalam proses ini, yaitu mereduksi sulfat dan
komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen
sulfida .
4. Pemurnian biogas
Teknologi pemisahan yang
digunakan untuk pemurnian biogas tergantung kepada komposisi biogas dan tujuan
penggunaannya (Monnet, F., 2003). Tujuan penggunaan biogas biasanya
mensyaratkan standar komposisi tertentu sehingga diperlukan pemurnian bahan
baku agar memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Sebagai contoh, agar memiliki nilai
kalor tinggi dapat dilakukan dengan memisahkan kandungan gas karbon dioksida
dan hidrogen sulfidanya.
§ Penambahan NaOH secara kontinu ke dalam reaktor.
Penambahan larutan NaOH
secara terus menerus ke dalam reaktor dimaksud untuk mengurangi kadar CO2,
NaOH mengabsorb CO2 sehingga perbandingan CO2 dan NH4
dalam biogas menjadi lebih tinggi NH4.
§ Absorbsi H2S
Sebagaimana diketahui
bahwa H2S merupakan salah satu polutan dalam gas H2S.
Usaha mengurangi kandungan H2S sama artinya dengan meningkatkan
kemurnian biogas. Absorsi H2S dilakukan dengan proses kimia yaitu
dengan mengabsorbsi H2S menggunakan kelat besi. Cara ini dianggap
efisien mereduksi H2S dari biogas karena kemampuan yang tinggi dari
kelat besi dalam mengabsorbsi H2S sehingga pemakaian bahan kimia
tidak banyak. Sifat kelat besi yang pseudo katalis menyebabkan kelat besi dapat
dipakai berulang – ulang sehingga menghemat biaya pemurnian H2S.
DAFTAR PUSTAKA
EMDI dan
BAPEDAL. 1994. Limbah Cair Berbagai Industri Di Indonesia: Sumber, pengendalian dan baku Mutu. Project of the Ministry for the
Environment, Republic
of Indonesia and Dalhousie University, Canada.
Hariyadi Sigid.
2004. BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air
dan Baku Mutu Air Limbah. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.